Selasa, 28 Agustus 2012

Bangunan tahan gempa

Rumah tembok merupakan simbol kemakmuran di mana pun di negeri ini. Namun, pilihan ini bisa mengancam keselamatan penghuninya karena tak mengikuti aturan struktur bangunan tahan gempa yang benar. Bila ingin memiliki rumah yang aman, cukup dengan material ringan dan itu pun tidak perlu biaya mahal.

”Mestinya penduduk di daerah rawan gempa mempertahankan rumah adat yang konstruksinya kayu yang berdinding anyaman bambu atau susunan papan. Rumah ini sejak dulu telah teruji keandalannya terhadap terjangan gempa,” ujar Pariatmono, pakar konstruksi tahan gempa dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Namun, rumah tembok yang diintroduksi zaman kolonial Belanda sudah terlanjur diadopsi sebagai tanda tingginya tingkat kesejahteraan seorang kepala keluarga. Rumah kayu dan bambu warisan nenek moyang dianggap kuno dan murahan. Rumah kayu dengan ikatan yang benar lebih aman bagi penduduk di negeri yang rawan gempa ini karena lebih ringan dan lentur dibandingkan beton atau tembok.

Berpatokan pada prinsip semakin ringan struktur semakin kecil risiko bahaya keruntuhan bangunan, kemudian dikembangkan material alternatif. Peneliti di Pusat Permukiman Departemen Pekerjaan Umum Bandung membuat dinding yang dibuat dari anyaman bambu, kemudian diplester mirip tembok, tapi tebalnya hanya 5 cm.

A. Prinsip tahan gempa

Pembangunan rumah tahan gempa, menurut Yuskar, perlu mengacu pada konsep bahwa struktur harus menyatu dalam lingkup tiga dimensi, cukup kaku, kuat, dan liat atau tidak getas diguncang gempa. Denah harus berbentuk simetris seperti bentuk kotak dan lingkaran. Bentuk L tidak stabil menahan terjangan gelombang gempa.
Kekuatan bangunan tahan gempa dibagi dalam lima hierarki, mulai dari tanah hingga ke atap, semakin ke atas harus semakin ringan. Tanahnya harus terdiri atas tanah padat yang diberi lapisan batu dan pasir, lalu dipadatkan untuk menghindari terjadi likuifaksi atau pelembekan tanah karena gempa. Fondasi berupa semenan batu kali trapesium setinggi 50 cm-80 cm. Di atas fondasi dipasang kolom berisi tulangan besi, menopang balok ring dan struktur atap. Ketahanan akan gempa, kata Yuskar, kuncinya pada pemasangan angkur dan pelat yang mengikat atau tertanam di tiap bagiannya. Biayanya tak mahal. Biaya komponen angkur dan pelat hanya 5 persen total biaya. Yang mahal adalah bagian elektrik dan arsitektur, 60 persen.

B. Peninjauan bangunan

Pada masa rekonstruksi, tahap pertama adalah melakukan investigasi cepat secara visual dengan melihat kondisi kolom dan tingkat keretakan. Tahap kedua melakukan penelitian lebih mendetail dengan menggunakan tes tidak merusak (nondestruktif), terutama bagian tulangan. Tahap ketiga, penelitian struktur untuk melihat mutu material beton atau baja yang digunakan. Penelitian retak rambut pada struktur dilakukan dengan menggunakan ultrasonic pulse velocity test. Saat ini peninjauan bangunan pascagempa belum ada aturan atau prosedur yang standar. Yuskar dan timnya mengacu pada standar AS, yaitu ATC-20. Untuk rumah-rumah yang dapat diperbaiki dapat diperkuat antara lain dengan melilit balok dan kolom dengan serat karbon 1,2 mm dan lebar hingga 10 cm. Penguatannya bisa lima kali lipat.

C. Beberapa Material Tahan Gempa

1. BATU BATA TAHAN GEMPA
Bata tahan gempa adalah sejenis bata bertulang sepotong lempeng bambu di bagian dalam tengah yang terbuat dari campuran bahan pasir tufa, kapur, semen dan air. Proses pembuatan secara manual menggunakan teknologi tepat guna yaitu mesin cetak pres bertenaga manusia, namun dalam proses pembuatannya diperlakukan tidak sama dengan proses pembuatan bata / batako terdahulu.

Kegunaan
Sebagai bahan bangunan tahan gempa untuk rumah tinggal dan bangunan fisik gedung lainnnya.

Keuntungan teknis/ekonomis
Mempunyai kekuatan tidak mudah patah atau retak bila terkena getaran keras akibat gempa bumi
Proses pengeringan bata tanpa melalui pembakaran sehingga hemat energi dan ramah lingkungan

2. GENTENG TAHAN GEMPA
GENTENG di Indonesia umumnya berbahan tanah liat. Material dasar ini mudah didapatkan, hingga banyak orang menjual dan menggunakan genteng tanah liat. Kini, selain atap genteng tanah liat, cukup banyak material pembentuk genteng lainnya, salah satunya aspal (bitumen). Genteng dari aspal ini tentu tak sepenuhnya dari material aspal. Genteng merupakan perpaduan antara bubuk kertas, serat organik, resin, serta aspal. Material ini diolah sehingga menghasilkan sebuah genteng yang ringan, lentur, dan tahan air.

Kegunaan
“Aspal dalam hal ini berfungsi sebagai water proofing. Atap menjadi tahan akan kebocoran,” ujar Ferry W Djajaprawira, Technical Manager Onduline Indonesia.

Keuntungan

Selain anti bocor, genteng aspal ini juga lebih ringan dibandingkan genteng tanah liat, beton, atau keramik. Bobot per lembarnya sekitar 4kg per m². Bandingkan dengan atap genteng, yang berat satuannya bisa antara 4-8 kg. Tentu ini menjadi salah satu nilai keunggulan genteng aspal. Dengan bobot yang ringan, konstruksi atap pun bisa diminimalkan, sehingga budget pun bisa dihemat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar